Amos 8: 4-7
Lukas 16: 1-13
Ambilan sibasaon
Amos 8:4-8
(Sesuai SBU - Rabu, 20 November 2013)
8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini
8:5 dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!
8:8 Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? Tidakkah itu seluruhnya akan naik seperti sungai Nil, diombang-ambingkan dan surut seperti sungai Mesir?
PENGANTAR
Kitab Amos ditulis oleh nabi Amos. Amos, salah seorang peternak domba yang berasal dari Tekoa (1:1), sebelah tenggara Betlehem, adalah nabi pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Ia berasal dari sebuah kota di Yehuda/Kerajaan Selatan, tetapi ia berkhotbah kepada orang-orang Israel di Kerajaan Utara sekitar pertengahan abad ke-8 SM (7:12-13). Kitab Amos hanya memberikan petunjuk historis bahwa Amos melayani pada masa pemerintahan Raja Yerobeam di Israel dan Raja Uzia di Yehuda (1:1).
Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan, dan negeri Israel nampaknya damai. Tapi Amos melihat bahwa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkaya diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang miskin. Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak tulus, dan keadaan damai hanya tampak dari luar. Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa Israel. Amos menyerukan agar keadilan "mengalir seperti air". Ia berkata, "Mungkin Tuhan akan mengasihani orang-orang yang tersisa dari bangsa Israel" (5:15).
Secara rinci keadaan Israel (secara khusus di Kerajaan Utara) dapat kita ketahui dari kitab Amos sbb:
1. Situasi Politik.
Masa pemerintahan Raja Yerobeam II merupakan masa kemakmuran bagi Israel, demikian pula dengan apa yang dialami Yehuda pada masa pemerintahan Raja Uzia. Israel dan Yehuda dapat menaklukkan negara-negara tetangga dan memperluas daerah perbatasan mereka melampaui batas yang ada pada zaman Salomo (bdk. 2 Raja 14:25; 2Taw.26:6-8). Kekuasaan besar Mesir dan Asyur pada saat itu lebih tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar mereka, sehingga daerah Palestina bebas dari dominasi luar.
Dengan kondisi teritorial yang semakin luas serta kebebasan dari dominasi asing membuat Israel dan Yehuda hanyut dalam perdagangan internasional serta pajak-pajak yang dihasilkan dari perdagangan tersebut. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan kemakmuran Samaria pada periode tersebut. Dengan kata lain, pada masa itu Israel dan Yehuda berada pada puncak kemakmuran secara politik dan ekonomi.
Iklim semacam itu mendorong kemunculan optimisme publik yang berlebihan tentang prospek bangsa itu pada masa mendatang. Mereka meyakini bahwa bangsa Israel masih akan terus berkembang dalam segala aspek. Tidak heran ketika Amos dan Hosea memberikan evaluasi yang berbeda dengan optimisme tersebut, mereka langsung menolak berita tersebut.
2. Situasi Sosial & Ekonomi.
Kesuksesan militer dan politik pada gilirannya melahirkan orang-orang yang kuat secara ekonomi dan sosial. Perdagangan meningkat tajam (8:5a), bahkan berskala internasional (3:9). Pembangunan gedung-gedung makin berkembang (3:15). Jumlah rumah semakin banyak (3:15b; 5:11; 6:8) dan perabotan pun semakin bervariasi (3:10, 12b,15b;6:4a). Pengembangbiakan pohon anggur dan ternak meningkat untuk mencukupi permintaan pelanggan (5:11b; 6:4b) karena kehausan pelampiasan akan pesta-pesta (4:1;6:4,6). Mereka menyalahgunakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menindas mereka yang miskin dan lemah. Ketidakadilan dapat ditemui di mana-mana dengan mudah (5:7, 15, 24; 6:12). Praktek penipuan dalam berbisnis semakin menguntungkan (8:5b). Perbudakan karena utang yang belum terbayar semakin beragam bentuknya (2:6;8:6). Orang-orang yang kurang mampu secara sosial dieksploitasi (2:7a; 4:1;8:4) Hak-hak mereka ditindas melalui intimidasi para saksi dan hakim (2:7a;5:10,12). Situasi seperti inilah yang menjadi fokus pemberitaan Amos.
3. Situasi Keagamaan.
Masalah utama pada zaman Amos adalah penyembahan berhala (2:8; 5:5, 26; 7:9-13; 8:14). Walaupun mereka tetap menjalankan ibadah kepada TUHAN secara luar (4:4-5; 5:21-26) maupun memelihara Sabat (8:5), tetapi hidup mereka secara keseluruhan bertentangan dengan keagamaan mereka. Mereka tidak memperhatikan keadilan (2:7-8). Kemabukan menjadi sesuatu yang umum, bahkan di kalangan para wanita (4:1; bdk.2:8). Semua ini membuat TUHAN muak dengan semua ibadah mereka (5:23-25).
TUJUAN
Kitab Amos ditulis untuk menegur bangsa Israel yang meletakkan kepercayaan diri mereka pada tempat yang salah. Status sebagai keturunan Yakub, ibadah eksternal yang masih berlangsung dan kesuksesan dalam segala hal telah membuat mereka merasa aman.
Mereka tidak percaya bahwa malapetaka akan didatangkan oleh TUHAN atas mereka. Hari TUHAN menurut mereka adalah hari kemenangan, padahal hari itu justru menjadi kekelaman bagi mereka (5:18, 20).
Di tengah situasi seperti ini mereka diperingatkan untuk bertobat. Mereka perlu diingatkan bahwa hukuman TUHAN berlangsung adil atas semua bangsa, baik bangsa pilihan maupun bangsa kafir (Amos 1-2). Jika mereka tidak mau bertobat, maka TUHAN akan mendatangkan hukuman. Mereka yang menjadikan teman sebangsanya budak akan menjadi budak di negeri asing (9:4). Ayah dan anak yang sama-sama berzinah dengan pelacur (2:7-8) akan menyaksikan isteri mereka dijadikan pelacur dan anak-anak mereka mati oleh pedang (7:17). Mereka yang menindas orang miskin (2:7; 4:1) akan ditindas (2:13).
STRUKTUR
1. Judul 1:1
2. Pendahuluan 1:2
3. Hukuman atas negara-negara tetangga Israel 1:3 - 2:5
4. Hukuman atas Israel 2:6 - 6:14
5. Lima penglihatan 7:1 - 9:10
a. Penglihatan pertama: belalang 7:1-3
b. Penglihatan kedua: api 7:4-6
c. Penglihatan ketiga: tali sipat 7:7-9
d. Amos dan Amazia 7:10-17
e. Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan 8:1-2
f. Pernyataan penghukuman 8:3-14 ===> bagian bacaan kita pekan ini.
g. Penglihatan kelima: Tuhan dekat mezbah 9:1-6
h. Pernyataan penghukuman 9:7-10
6. Dua janji keselamatan 9:11-15
a. Pemulihan kemah Daud 9:11-12
b. Kembalinya kemakmuran 9:13-15
Dari uraian di atas, maka segera tampak bahwa tema teologis yang dominan dalam Kitab Amos adalah tentang keadilan TUHAN. Allah melakukan penghakiman-Nya tanpa memandang bulu. Baik bangsa kafir maupun umat-Nya sendiri akan dihakimi sesuai perbuatan mereka. Tidak ada satu bangsa pun yang kebal dari hukuman (Am 1-2). Di samping itu, keadilan ditempatkan Allah sebagai prioritas hidup yang melebihi upacara keagamaan secara eksternal (5:24).
KONTEKS BACAAN
Bacaan kita pekan ini termasuk ke dalam 5 penglihatan Nabi Amos mengenai apa yang akan terjadi bagi Israel di kemudian hari bila mereka tidak bertobat, hal mana penglihatan Nabi Amos ini membangkitkan kemarahan Amazia, imam di Betel yang melaporkan Amos kepada Raja Yerobeam dengan tuduhan persepakatan melawan raja (7:10-11).
Perhatikan struktur lebih rinci dari pasal 8 ini:
Amos 8:1-2 = Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan
Amos 8:3 = Pernyataan Penghukuman
Amos 8:4-6 = Dosa bangsa Israel
Amos 8:7-10 = Ratapan penderitaan
Amos 8:11-14 = TUHAN berdiam diri
Jadi bagian bacaan kita pekan ini mempelajari tentang salah satu dosa Israel yang diingatkan Nabi Amos supaya mereka bertobat, bila tidak ingin ada ratapan penderitaan dan akhirnya TUHAN seakan-akan berdiam diri dan tidak memperdulikan mereka sama sekali.
URAIAN
Amos 8:4-6
8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
- Ayat 4 adalah merupakan penekanan terhadap apa yang Nabi Amos serukan di Amos 5:11 (Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, -- sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya.)
Sebagaimana kita ketahui, hukum Israel yang diberikan TUHAN menghendaki umat Israel untuk membuka tangan lebar-lebar bagi kaum miskin di Ul.15-7-11 - bandingkan Maz.72:12-13.
- Dalam ayat 5 dikemukakan bahwa sebegitu jauhnya umat Israel melenceng dari hukum di atas, sehingga mereka juga berlaku munafik, dan menempatkan ibadah mereka, sabat mereka hanya sebagai hiasan/polesan semata padahal adalah suatu kejahatan besar berdagang dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal dan berbuat curang dengan neraca palsu! (Im.19:36; Ul.25:14-15). Perbuatan itu jelas melanggar hukum ke 8 dari 10 perintah TUHAN; Jangan mencuri! yang pelaksanaannya tercatat di Imamat 19:35-36; Ulangan 25:13-16 - bandingkan dengan Ams.11:1; Ams.20:10,23; Yeh.45:10-12.
Catatan:
* Bulan baru dan sabat adalah hari-hari yang dikuduskan buat TUHAN. Jadi tujuan utamanya bukan untuk berhenti dari bekerja, tetapi menguduskan dan mengkhususkan satu waktu khusus untuk TUHAN.
* Efa adalah ukuran takaran/isi barang bukan cair, sebesar kurang lebih 36 liter. Untuk barang cair digunakan bat yang besarnya sama dengan efa.
* Syikal adalah ukuran timbangan sebesar 11,4 gram. Biasanya dipakai untuk ukuran jumlah uang.
- Ayat 6 merupakan penekanan atas teguran TUHAN terhadap Israel di Amos 2:6 (2:6 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut;) - bahkan memperdagangkan barang yang sudah rusak/terigu rongsokan.
Amos 8:7-8
Amos 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! 8:8 Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? Tidakkah itu seluruhnya akan naik seperti sungai Nil, diombang-ambingkan dan surut seperti sungai Mesir?
- Untuk ke 3 kalinya dalam Kitab Amos, kata "TUHAN telah bersumpah" muncul. Sebelumnya didahului di Amos 4:2 dan 6:8. Hal ini cukup mengerikan, karena jelas menekankan bahwa TUHAN tidak akan pernah melupakan dosa-dosa Israel! dan dosa tersebut terjadi karena perilaku arogan keturunan Yakub itu yang tidak mengindahkan hukum TUHAN dan menindas kaum miskin. Jelas, mereka telah melupakan apa yang TUHAN firmankan pada mereka untuk tahu diri, bahwa mereka dahulu juga dilepaskan TUHAN dari Mesir sebagai orang asing yang tertindas (Kel.22:21) dan ketika mereka telah mendiami tanah yang berlimpah susu dan madu sesuai janji TUHAN, maka merekapun lupa segalanya dan tidak lagi mengindahkan Hukum TUHAN! Lebih mengerikan lagi, karena sumpah tersebut menyebutkan bahwa IA tidak akan melupakan perbuatan dosa Israel!
- Sungai Nil dipakai Nabi Amos sebagai analogi/perlambang akan TUHAN. Sebagaimana TUHAN yang penuh kasih dan penuh kekuatan yang dahsyat, demikian pula sungai Nil adalah sumber kemakmuran karena aliran sungai tersebut menjadi sumber kehidupan dan kemakmuran, akan tetapi juga dapat merupakan sumber malapetaka kalau sungai tersebut meluap dan membanjiri, menghanyutkan dan membunuh penduduk sekitarnya!
APLIKASI
1. Mengecilkan efa, membesarkan syikal dan neraca palsu adalah bentuk lain dari mencuri. Dan mencuri menyengsarakan orang lain, merampas hak orang lain dan menyusahkan ciptaan TUHAN. Kristus Yesus menekankan hal ini sebagai bagian dalam mengasihi sesama (Mat.18:18-19; bandingkan Rom.13:9).
2. Kemunafikan seperti pada masa Nabi Amos merasuk sampai ke dalam ibadah mereka, yang dilaksanakan hanya sebagai rutinitas dan ingin cepat-cepat dilewati untuk kembali melakukan hal mencuri di atas. Kita bisa belajar bahwa ibadah sejati tidak dapat dibatasi pada aktivitas keagamaan di gereja atau ibadah rutin lain saja. Ibadah sejati mencakup keseluruhan hidup umat Allah (bandingkan Rom 12:1). Ibadah sejati memperhatikan orang lemah dan yang membutuhkan (bandingkan Yak 1:27). Ibadah dalam arti yang komprehensif seperti inilah yang lebih dicari TUHAN. Tanpa semuanya ini, ibadah kita justru akan menjadi beban bagi TUHAN (Amos 5:21-23) dan kita sendiri akan berada dalam hukuman ilahi (bandingkan 1Kor 11:22, 30).
3. Keadilan TUHAN adalah mutlak. IA berdaulat dan menguasai kehidupan kita semua, sebagaimana Israel dan suku bangsa lain. Atas keadilan dan kemurahan hati-NYA bukan saja berkat yang sanggup IA senantiasa berikan, namun hukuman-NYA juga mampu menimpa kita, sebagai pribadi dan bahkan bangsa - bila kita melanggar perintah-NYA. Waspadailah itu!
Bercermin kepada keadaan Israel di masa Nabi Amos, dan memposisikan situasi dan kondisi kita di Indonesia sekarang ini, seruan Nabi Amos seakan-akan ditujukan kepada kita. Mengapa? Mari buka mata dan lihat di sekeliling kita, dan niscaya kita akan terkejut merasakan bahwa di mana-mana tempat begitu banyak kecurangan dan ketidak-perdulian terhadap orang yang miskin. Munculnya berbagai kasus korupsi membuktikan hal ini, melonjaknya harga-harga dengan tidak lagi mengingat kesusahan yang ditimbulkan oleh rakyat, keadilan yang begitu sulit diperoleh dan kemunafikan oleh pejabat di berbagai bidang usaha maupun pemerintah begitu mencolok - bahkan menggejala pula pemakaian ibadah-ibadah oleh orang percaya untuk memperoleh keuntungan pribadi! - semua hal-hal di atas merupakan suatu duplikasi atas apa yang ditegur oleh Nabi Amos.
Mari berhenti mengharapkan terus Kasih TUHAN untuk diluputkan dari petaka kalau terus berbuat dosa, dengan mulai aktif menghentikan semua perbuatan dosa itu sendiri!
Namun jawaban yang cukup singkat bagi pertanyaan tersebut adalah Yesus bukan sedang memuji ketidakjujuran orang itu, melainkan kemampuannya untuk melihat ke depan dan melakukan perencanaan yang bijaksana.
Di ayat yang pertama, apakah Anda melihat tuduhan apa yang diajukan oleh sang majikan kepada bendaharanya? Tuduhannya adalah ia telah menghambur-hamburkan kekayaan sang majikan. Apa arti menghamburkan kekayaan majikan itu? Poin pertama yang harus diingat adalah pemborosan bukanlah ketidakjujuran. Bertindak boros tidak selalu didasari oleh ketidakjujuran. Ia lebih merupakan suatu kecerobohan; kegagalan dalam mengelola sesuatu. Namun tidak harus berarti ketidakjujuran. Ini adalah hal yang penting untuk diingat.
Yang kedua adalah di ayat 8, kata Yunani yang kemudian diterjemahkan dengan 'tidak jujur' ini sebenarnya bermaknaperbuatan yang salah (wrongdoing), suatu ungkapan yang mempunyai arti yang luas. Namun pihak penterjemah (dalam bahasa Inggris, dan kemudian juga diikuti dalam bahasa Indonesia), tampaknya mencampuradukkan tugas penerjemahan dengan kegiatan penafsiran, dan kemudian menyajikan penafsiran mereka dengan memilih untuk memakai kata 'tidak jujur', sebuah ungkapan yang mencondongkan artinya ke arah tertentu. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan dengan ungkapan perbuatan yang salah, artinya telah melakukan sesuatu yang salah. Memboroskan kekayaan sang majikan tentunya merupakan satu kesalahan, bukankah begitu? Akan tetapi tidak harus bermakna tidak jujur. Seorang yang ceroboh dalam pekerjaannya, dapat dituduh telah melakukan kesalahan. Tetapi kecerobohan bukanlah ketidakjujuran. Ketidakjujuran melibatkan penipuan.
Pengelolaan: Kata yang diterjemahkan dengan bendahara(steward) berasal dari kata Yunani oikonomos, sebuah kata yang biasanya diterjemahkan dengan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kata ekonomi yang ada di dalam bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Yunani. Kata oikonomos sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu: oikos yang berarti rumah dan nomos yang berarti hukum. Jadi 'ekonomi' berarti aturan rumah tangga, atau dengan kata lain manajemen rumah tangga, atau ilmu pengetahuan domestik. Dan dari makna dasar ini, kemudian dikembangkanlah bidang ilmu ekonomi, yang mempelajari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bagi rumah tangga, dan dalam cakupan yang lebih luas akan meliputi perusahaan dan juga negara. Jadi, seorang bendahara adalah orang yang diberi tanggungjawab dalam mengelola sebuah rumah tangga. Ia menerima kewenangan untuk mengatur sebuah rumah tangga. Ia bekerja untuk menjamin bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar di rumah tersebut, dan rumah tangga pada masa itu berukuran cukup besar. Bendahara di dalam perumpamaan ini memegang tanggungjawab di bidang bisnis karena ia mengurusi gandum dan minyak. Ia bisa disebut sebagai seorang manajer bagi majikannya yang kaya raya, yang bergerak di dalam bidang bisnis.
4 kali di dalam ajaran Yesus. Referensi yang satu lagi yang tidak di dalam perumpamaan ini ditemukan di Lukas 12:42, tetapi masih sangat berkaitan dengan poin utama dari perumpamaan ini, sebagaimana yang akan kita lihat nanti.
Dan kata kerja 'menjadi bendahara/bekerja sebagai bendahara (to be a steward)' muncul sekali di Perjanjian Baru dan itu terdapat di dalam perumpamaan ini (Luk. 16:2). Dengan demikian kita dapat segera melihat bahwa seluruh isi perumpamaan ini berbicara tentang hal pengelolaan, hal menjadi seorang pengurus.
Perumpamaan ini tentang kesetiaan dalam menggunakan otoritas yang telah Allah berikan
Perhatikanlah kata-kata di Lukas 16:10, "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar (tidak setia) dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar (tidak setia) juga dalam perkara-perkara besar." Di sini kita melihat bahwa sekali lagi para penerjemah bukannya melakukan penerjemahan tetapi penafsiran dan menaruh kata 'tidak benar'. Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang kesetiaan. Anda bukan termasuk orang yang tidak benar jika tidak menelpon teman yang sedang membutuhkan bantuan, namun Anda tidak setia. Dan tuduhan yang paling parah yang dapat diajukan kepada seorang pelayan adalah masalah kesetiaan.
Rasul Paulus berkata di 1 Korintus 4:2, Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. Sama halnya dengan rasul Paulus, Anda dan saya, kita semua adalah para pelayan. Dan Yesus dengan jelas menegaskan bahwa ia ingin agar kita setia (Luk. 12:42-47). Ia sendiri sudah membuktikan kesetiaannya kepada kita. Giliran kita sekarang untuk menunjukkan kesetiaan kita.
Si bendahara harus mempertanggung-jawabkan otoritasnya
Jika poin utama dari perumpamaan ini sudah menjadi jelas, kita akan segera melihat apa yang terjadi pada bendahara ini. Si bendahara ini dituduh melakukan pemborosan. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan 'menghamburkan' itu adalahdiaskorpizo. Inilah tuduhan yang diajukan dan kita akan mempelajarinya dengan cermat.
Apa arti menghamburkan? Kita dapat mencari tahu maknanya dengan melihat bagaimana kata Yunani ini dipakai dalam berbagai ayat. Diaskorpizo dipakai di Matius 26:31, ayat yang berbicara tentang gembala, Yesus memasuki saat-saat kematian dan domba-domba 'tercerai-berai'. Jika Anda membunuh si gembala domba, maka tidak ada orang yang akan menjaga serta memimpin domba-domba itu. Dan jika domba-domba itu tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka akan tercerai-berai.
Kata ini juga dipakai dalam Yohanes 10:12. Dalam kasus ini, si orang upahan lari ketika melihat serigala mendekat. Orang itu berkata, "Aku tidak mau kehilangan nyawa demi domba-domba!" Lalu ia lari dan meninggalkan domba-domba itu dibunuh dan dicerai-beraikan oleh serigala, mereka berlarian ke segala arah demi menyelamatkan nyawa mereka.
Kata yang sama dipakai lagi di Lukas 15:13, yaitu di dalam Perumpamaan tentang Dua Anak yang Hilang. Si bungsu 'menghamburkan' harta warisannya. Terjemahan LAI memakai kata 'memboroskan'. Jadi, dalam ayat itu dijelaskan bahwa si bungsu memboroskan atau menghamburkan harta warisannya.
Itu sebabnya, si bendahara ini dapat memboroskan atau menghamburkan harta kekayaan tuannya karena ia memang diberi otoritas untuk mengurus bisnis tuannya. Ia tidak setia dalam mempertanggung-jawabkan otoritas yang dipercayakan padanya. Dan ia dituntut untuk mempertanggung-jawabkan hal itu oleh tuannya. Sangatlah penting untuk kita pahami satu prinsip alkitabiah ini bahwa seorang pelayan memiliki kuasa atau otoritas. Anda harus ingat baik-baik bahwa setiap orang Kristen memiliki otoritas. Dan orang Kristen memiliki otoritas justru karena mereka semua adalah pelayan. Satu-satunya orang yang memiliki otoritas adalah pelayan karena ia diserahkan otoritas itu. Saya memiliki otoritas di dalam Injil karena saya seorang pelayan Kristus. Justru karena saya seorang pelayan, saya mempunyai otoritas untuk memberitakan Injil. Justru karena saya adalah seorang pelayan, maka saya memiliki kuasa dalam memberitakan Firman Allah dan menjalankan pekerjaan-Nya. Seperti yang sudah dikatakan oleh rasul Petrus, kita semua memiliki otoritas karena kita adalah pelayan Allah. Setiap orang Kristen memiliki otoritas atas karunia yang dipercayakan padanya.
Dan karena Anda memiliki otoritas sebagai orang Kristen, maka Anda juga memiliki tanggung-jawab. Jika Anda tidak memiliki tanggung-jawab, maka Anda tidak perlu memberikan pertanggungjawaban. Hanya orang yang memiliki tanggung-jawablah yang harus memberi pertanggung-jawaban. Jika Anda menganggap bahwa orang Kristen tidak perlu bertanggung-jawab atas segala perbuatannya, berarti Anda menganggap bahwa setiap orang Kristen tidak memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Seluruh ajaran Alkitab mengatakan kita semua bertanggung-jawab atas semua perbuatan kita karena kita telah dipercayakan dengan otoritas itu. Anda harus mempertanggung-jawabkan hidup Anda di hadapan Allah pada Hari itu nanti.
Dan hal ini ternyata masih berlangsung sampai di zaman kita sekarang. Demikianlah, si bendahara itu memberi pinjaman sebanyak 50 tempayan atas nama tuannya, dan ia segera mencatat jumlah tagihan sebesar 100 tempayan. Berapa besar hutang si nasabah? 100 tempayan. Terdiri dari 50 tempayan hutang pokok dan 50 tempayan lagi sebagai bunga.
Mengapa bunga untuk hutang minyak sangat tinggi di zaman itu? Untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan. Biasanya, minyak zaitun yang diperdagangkan. Yang menjadi masalah adalah terbukanya kesempatan yang cukup besar untuk berbuat curang di dalam pengembalian minyak itu. Sebagai contoh, orang bisa saja menambahkan air ke dalam tempayan, dan karena minyak akan selalu mengambang di atas air, maka satu-satunya cara untuk membuktikan kecurangan itu adalah dengan menuangkan seluruh isi tempayan itu. Di samping itu, masih ada lagi cara lain dalam berbuat curang, yaitu dengan mencampur minyak dari kualitas yang berbeda. Karena kemungkinan berbuat curang di dalam bisnis ini sangat tinggi, maka tingkat bunga yang dibebankan terhadap pinjaman minyak dibuat sangat tinggi. Sangat mudah melakukan penipuan dalam bisnis minyak.
Anda boleh memandang suku bunga sebagai semacam polis asuransi. Mirip dengan keadaan pada saat Anda mengkredit sebuah rumah, Anda mengasuransikan cicilan rumah Anda sehingga jika tiba-tiba Anda nanti tidak mampu melunasi pembayaran rumah Anda, maka pelunasannya dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian, Anda harus membayar cicilan pokok dan asuransinya sekaligus. Anda harus membayar ekstra. Itulah hal yang terjadi dalam bisnis minyak ini.
Sedangkan gandum, suku bunga yang berlaku untuk gandum berkisar antara 20-25%. Jadi nasabah yang satunya lagi telah meminjam 80 pikul gandum dengan hutang yang berbunga, sehingga ia harus melunasinya dengan 100 pikul gandum.
Hukum agama Yahudi tidak mengijinkan pembebanan bunga
Apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini? Sekarang kita tahu apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini. Ia akan dipecat karena kemalasannya dan pengelolaan yang keliru atau kecerobohannya selama ini. Jadi ia harus melakukan satu atau dua perbuatan baik sebelum ia benar-benar kehilangan pekerjaannya agar dapat memperoleh paling tidak satu orang teman yang biasa diandalkan nantinya. Saat ia keluar nanti, paling tidak akan ada orang yang masih bersimpati padanya. Mungkin mereka bersedia membantunya karena ia pernah berbuat baik terhadap mereka. Ia harus mencari orang yang bersedia membantunya sesudah dipecat nanti. Anda mungkin akan berkata bahwa perbuatannya tetaplah merupakan kecurangan karena bunga tersebut merupakan hak dari majikannya.
Hal ini membawa kita kepada satu pokok di dalam hukum agama Yahudi yang sangat menarik: di bawah aturan hukum agama Yahudi, pembebanan bunga sama sekali dilarang. Saya harus menyampaikan hal ini supaya Anda dapat memperoleh pemahaman yang benar atas perumpamaan ini. Anda tidak akan dapat memahami perumpamaan ini dengan sekadar membacanya. Diperlukan tambahan pengetahuan yang tepat untuk bisa memahaminya. Orang-orang Yahudi yang menjadi pendengar saat perumpamaan ini disampaikan Yesus dapat memahami ucapannya dengan baik karena mereka semua tahu fakta-fakta yang melatar-belakanginya. Akan tetapi kita tidak tahu fakta-fakta tersebut sehingga kita gagal memahami perumpamaan ini. Dengan demikian, menurut hukum agama Yahudi, seorang Yahudi tidak diperkenankan untuk membebankan bunga terhadap saudara sebangsanya yang sedang membutuhkan sesuatu. Pembebanan bunga atas pinjaman tidak diperkenankan karena biasanya jika ada orang yang meminjam sesuatu berarti bahwa ia sedang dalam keadaan yang kekurangan. Dengan demikian seharusnya Anda justru memberi saja apa yang ia butuhkan tanpa embel-embel ucapan, "Baiklah, kamu harus membayar hutang ini berikut bunganya nanti." Kalimat seperti itu tentunya bukan merupakan ungkapan kasih terhadap sesama manusia. Anda dituntut untuk memberi pinjaman kepadanya dan ia boleh mengembalikannya tanpa bunga. Jadi, di bawah hukum agama Yahudi, sebagai contoh di Imamat 25:36-37 dan di Ulangan 23:19-20, dan masih banyak rujukan lainnya lagi, orang Yahudi dilarang untuk membebankan bunga atas suatu pinjaman. Namun, pada zaman-zaman belakangan, termasuk di zaman Yesus, orang-orang meminjam barang bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya; mereka meminjam untuk keperluan bisnis. Itu sebabnya, orang-orang Farisi menetapkan untuk mengabaikan aturan yang terdapat dalam kitab Imamat dan Ulangan dan mengizinkan orang-orang untuk menarik bunga. Itulah latar belakangnya. Artinya, pembebanan bunga diperbolehkan orang Farisi dalam urusan bisnis, namun menurut hukum Taurat tidak diperkenankan.
Jadi, ketika si bendahara itu melakukan pemotongan, ia hanya memotong bagian bunganya saja. Ia tidak dapat memotong bagian pokok hutang yang menjadi hak tuannya karena hal itu akan merupakan suatu kecurangan. Jadi ketika seorang nasabah meminjam 50 tempayan minyak, berarti ia terkena bunga sebanyak 50 tempayan minyak. Si bendahara ini tidak dapat memotong bagian pokok dari hutang itu, namun ia dapat menghapus 50 tempayan yang merupakan bagian bunga dari hutang itu. Dengan melakukan hal itu, sebenarnya ia sedang menjalankan perintah Alkitab. Ia menghapus beban bunga yang ditanggung oleh saudara sebangsanya. Itu sebabnya ia hanya memotong 20% saja dari hutang gandum karena memang hanya itulah bagian bunganya. Sisanya yang 80% tidak boleh dipotong karena memang merupakan hak dari majikannya. Yang dapat dikurangi hanya bagian bunganya saja karena memang dilarang oleh hukum Taurat. Dengan demikian, si bendahara ini tidak dapat dituduh curang.
Sekarang Anda dapat memahami poin utama dari pengajaran Yesus ini. Yesus sedang berkata kepada kita: Bereskan segala sesuatu di hadapan Allah selagi Anda masih punya kesempatan. Seperti halnya dengan bendahara yang tidak setia ini,perbaikilah segala sesuatu yang perlu diperbaiki, sebelum tiba hari pertanggung-jawaban. Pada mulanya, si bendahara ini sangat malas, namun dalam tindakannya yang terakhir, ia berusaha memperbaiki segala sesuatu yang bisa diperbaikinya supaya ia dapat memiliki sahabat yang akan membantunya di saat kesulitan. Mereka akan berkata, "Orang ini malas dan tidak setia kepada tuannya, akan tetapi ia ternyata taat kepada Hukum Taurat di akhir pekerjaaannya." Jadi pelajaran yang perlu kita tarik adalah, bereskan segala hal yang menyangkut hubungan Anda dengan Allah. Perbaiki segala sesuatu selagi masih ada waktu karena waktu yang tersedia semakin cepat berlalu. Ini adalah perumpamaan yang sangat indah! Saya harap Anda dapat memahami sepenuhnya dan memperhatikan peringatan dalam perumpaman ini baik-baik.
Setiap Kristen harus mempertanggung-jawabkan pengelolaan uangnya kepada Allah
Ada banyak hal yang telah dipercayakan kepada kita. Dan perumpamaan ini secara khusus berbicara tentang cara kita memakai uang. Perhatikan ayat 9, "Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." Uang di dalam ayat ini dikatakan tidak jujur. Firman Allah mengatakan kepada kita bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (1Tim. 6:10). Cinta akan uang merupakan akar dari segala kejahatan. Uang itu sendiri bukanlah kejahatan, tetapi mencintai uang itulah kejahatan.
Kita adalah pengurus dari uang yang ada pada kita dan kita bisa memanfaatkannya untuk memuliakan nama Allah. Ikatlah persahabatan dengan Allah dengan uang itu maka Anda akan menjadi bendahara yang baik. Anda nanti harus menjelaskan kepada Allah tentang apa saja yang telah Anda kerjakan dengan apa yang Anda miliki. Ini adalah tantangan yang sangat besar! Saya berdoa supaya dengan kasih karunia Allah, di sepanjang tahun yang baru ini, Anda akan menata 'ekonomi rohani' Anda dengan baik, supaya Anda dapat menyusun rencana perjalanan hidup Anda dengan memberikan berkat yang maksimum kepada sesama manusia dan kemuliaan yang maksimum kepada Allah.